Beranda | Artikel
Bab Menjenguk Orang Sakit
Selasa, 2 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Bab Menjenguk Orang Sakit adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 18 Rajab 1442 H / 02 Maret 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bab Menjenguk Orang Sakit

Pada bab yang ke-144, Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata: باب عيادة المريض (Bab tentang menjenguk orang sakit).

Dari Al-Bara’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau berkata:

أمرنا رسول الله – صلى الله عليه وسلم – بعيادة المريض، واتباع الجنازة، وتشميت العاطس، وإبرار المقسم، ونصر المظلوم، وإجابة الداعي، وإفشاء السلام.

“Kami diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjenguk orang sakit, untuk menghantar jenazah, untuk mengucapkan yarhamukallah bagi seseorang yang bersin dan dia mengucapkan Alhamdulillah, untuk melaksanakan apa yang diinginkan oleh orang yang bersumpah terhadap kita agar kita mengerjakannya selama hal itu bukan merupakan maksiat kepada Allah Ta’ala dan hal yang sulit bagi kita, untuk menolong orang yang terdzalimi, menjawab panggilan orang yang mengundang kita, dan menebarkan salam.” (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits ini mengandung perintah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umat beliau untuk melaksanakan hal-hal yang akan mempererat dan meneguhkan persaudaraan kaum muslimin, agar seorang muslim mengetahui bahwa dia memiliki hak terhadap saudaranya, demikian pula saudaranya mengetahui dia pun mempunyai hak atas saudaranya.

Maka apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini adalah amalan yang sederhana, tetapi beliau menganjurkannya kepada kita. Hal ini dalam rangka untuk mengokohkan persaudaraan sesama kaum muslimin, mempererat hubungan mereka, agar mereka memberikan perhatian kepada saudara mereka dalam kondisi-kondisi tertentu.

Terlepas perintah ini wajib atau dianjurkan, intinya bahwa apa yang disebutkan dalam hadits ini adalah amal-amal perbuatan mulia yang benar-benar dapat meningkatkan persaudaraan di antara kaum muslimin.

1. Menjenguk orang sakit

Seseorang diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan macam-macam ujian. Salah satu ujiannya adalah sakit. Ketika seorang menjenguk saudaranya yang sedang diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penyakit yang menimpa dirinya, maka ini merupakan satu kebaikan.

Dengan menjenguk orang yang sakit, kita menghibur mereka, mengingatkan mereka agar bersabar, agar menerima cobaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bahwasanya musibah atau penyakit yang dideritanya -apabila dia sabar- maka akan mengangkat derajatnya dan menghapus dosanya.

Demikian pula penyakit merupakan peringatan dari Allah ‘Azza wa Jalla agar seseorang mendekatkan dirinya kepada Allah, mempersiapkan dirinya untuk kematian. Jangankan orang yang sakit, orang yang dalam keadaan sehat wal afiat, apabila telah tiba ajalnya maka dia akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dengan kita menjenguk orang sakit, akan banyak manfaatnya. Di antaranya seseorang akan bersyukur kepada Allah Ta’ala atas kesehatan yang Allah berikan kepadanya, sehingga dia terus melakukan amal-amal kebaikan untuk mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Menghantar jenazah

Ketika seorang ditinggal mati oleh saudaranya, oleh sesama muslim, atau karib kerabatnya dari kaum muslimin, maka kita dianjurkan untuk menghantarkan jenazah saudara kita.

Demikian pula di dalam mengantarkan jenazah, banyak pelajaran yang bisa diambil. Sekarang kita menghantar dan di kemudian hari jenazah kita pun akan dihantar orang lain. Maka seorang akan mengingat dan merenungkan kematian. Maka dianjurkan dalam kondisi hening ketika kita menghantar jenazah. Hal ini agar kita bisa merenungkan tentang peristiwa kematian tersebut. Bahwa kematian yang menimpa saudara kita itupun akan menimpa diri kita, cepat atau lambat, ridha atau tidak ridha, apabila telah datang ajal seseorang, maka dia akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dengan demikian seseorang akan selalu berupaya untuk meningkatkan amal-amal kebaikannya, menjauhi larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian seseorang dapat bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan banyak manfaat lain yang bisa diambil dari seorang yang mengantar jenazah.

3. Mengucapkan yarhamukallah

Apabila seorang bersin dan dia mengucapkan Alhamdulillah, maka kita harus mengucapkan yarhamukallah. Dengan syarat kita mendengar ucapan Alhamdulillah yang diucapkan orang yang bersin. Kalau kita tidak mendengar, maka kita tidak mempunyai kewajiban yarhamukallah.

4. Menolong seseorang untuk melakukan sumpahnya

Ketika ada seseorang bersumpah meminta kepada kita untuk mengerjakan satu pekerjaan. Misalnya seseorang ingin agar kita menemani dia untuk safar ke satu tempat. Misalnya seseorang mengatakan: “Wallahi, aku mengajak Anda untuk bersamaku ke kota Bandung,” maka dianjurkan kepada orang yang diminta untuk menemaninya itu untuk melaksanakan sumpah orang tersebut dalam rangka menolong orang tersebut atas sumpahnya.

Selama pekerjaan yang diminta kepada kita untuk melakukannya bersamanya bukan hal yang berkaitan dengan kemaksiatan dan yang diajak itu mampu untuk melaksanakannya.

5. Menolong orang yang terdzalimi

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

انْصُرْ أخَاكَ ظَالماً أَوْ مَظْلُوماً

Tolonglah saudaramu, baik dia orang yang mendzalimi atau yang didzalimi.” (HR. Bukhari)

Maka seseorang harus membela ketika saudaranya difitnah atau dituduh dengan tuduhan yang tidak benar, dan seterusnya.

6. Mendatangi undangan

Ketika kita diundang dan selama undangan itu tidak ada maksiatnya, tidak ada kemungkaran-kemungkarannya dan kita tidak berhalangan untuk mendatangi undangan itu, maka kita wajib mendatangi undangan tersebut. Kecuali kalau kita berhalangan atau di tempat undangan itu banyak kemaksiatan-kemaksiatan dan kemungkaran-kemungkaran, maka kita tidak mendatangi undangan tersebut.

Bahkan seorang yang berpuasa pun dianjurkan mendatangi. Kalau dia berpuasa sunnah, maka diserahkan kepadanya. Jika dia mau, dia batalkan puasanya. Tetapi kalaupun dia tidak mau membatalkan puasanya, maka dia mendoakan orang yang yang mengundangnya.

Adapun jika seseorang sedang berpuasa wajib seperti meng-qadha puasa Ramadhan atau sedang berpuasa nazar, maka ketika dia diundang oleh saudaranya dan dia mendatangi undangan itu, dia tidak boleh membatalkan puasanya.

7. Menebarkan salam

Ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Nabi yang menyebarkan kedamaian di muka bumi ini. Bukan seperti apa yang dituduhkan oleh musuh-musuh Islam atau kaum munafiqin yang menyebutkan tuduhan-tuduhan batil kepada Islam.

Islam menganjurkan untuk menebarkan salam, menebarkan kedamaian, itu misi Islam. Untuk saling mencintai satu dengan yang lainnya di kalangan kaum muslimin. Kata beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan bisa masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak sempurna iman-iman kalian sehingga kalian saling mencintai satu dengan yang lainnya. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perbuatan yang apabila kalian lakukan maka akan saling mencintai? Tebarkankanlah salam di antara kalian.”

Ini pedoman dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menumbuhkan kecintaan di antara kaum muslimin. Yaitu dengan menebarkan salam.

Pelajaran-pelajaran ini menunjukkan betapa Islam memperhatikan tentang kondisi kaum muslimin. Seorang muslim harus memperhatikan saudaranya. Dan ini harus kita pupuk, kita jaga dan pelihara. Yaitu agar hubungan kita sesama kaum muslimin selalu baik dan perhatian. Ini semua adalah pintu-pintu kebaikan.

Bagaimana penjelasan lengkap hadits ini? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49891-bab-menjenguk-orang-sakit/